Yang menarik adalah adanya anggapan bahwa kita harus memilih calon presiden yang sudah berpengalaman sebagai presiden. Hal ini tidak sepenuhnya tepat.
Beberapa bulan terakhir kita sudah melakukan rekrutmen calon presiden RI untuk periode 2019 - 2024, dan tinggal hitungan hari kita akan melakukan seleksi calon presiden yang tepat untuk memimpin negara ini.
Dalam mencari talenta terbaik, sebuah perusahaan seringkali mengeluarkan upaya rekrutmen dan seleksi yang tidak kecil. Beberapa metode seleksi juga digunakan untuk menentukan apakah seorang kandidat memiliki job fit, organization fit, dan fit-fit yang lainnya. Salah satunya dengan pendekatan behavioral yang berusaha mencari informasi tentang tindakan yang dilakukan oleh seorang kandidat saat ia menghadapi situasi tertentu. Sebagai Senior HR Consultant di IMConsulting, saya juga menggunakan pendekatan ini, yang seringkali kami sebut sebagai metode SPA: Situasi, Perilaku, dan Akibat. Semakin banyak SPA yang ditemukan di dalam wawancara, maka semakin yakinlah kami bahwa seseorang memiliki kompetensi tertentu.
Apalagi berbicara mengenai pemilihan pemimpin tertinggi negeri. Rasanya pendekatan itu juga dapat digunakan. Kita perlu mengetahui apakah calon-calon presiden kita memiliki SPA yang banyak, atau dengan kata lain memiliki kompetensi SPA yang diperlukan.
Yang menarik adalah adanya anggapan bahwa kita harus memilih calon presiden yang sudah berpengalaman sebagai presiden. Hal ini tidak sepenuhnya tepat menurut metode SPA karena 2 hal: 1. semakit sulit menemukan kandidat yang sudah pernah jadi presiden sebelumnya. 2. pengalaman menjadi presiden tidak memastikan bahwa seseorang akan menjadi presiden yang baik di periode selanjutnya. Yang lebih tepat adalah: " perilaku seseorang di masa lampau, akan menjadi prediktor yang baik tentang perilaku mereka di masa yang akan datang, di dalam situasi yang mirip".
Oleh karena itu menemukan contoh-contoh Perilaku (beserta dengan Situasi dan Akibatnya) merupakan cara yang lebih tepat dalam menentukan calon presiden. Misalnya, untuk menentukan apakah seorang calon punya kompetensi kepemimpinan yang baik, maka lihat apa yang dia lakukan saat harus membuat terobosan, atau apa yang dia lakukan saat bawahannya menghadapi masalah. Bandingkan perilaku kedua calon dalam situasi tersebut. Apakah ada yang justru melempar tanggung jawab, atau menyalahkan orang lain, atau justru mengambil tindakan sigap, atau menjadi yang terdepan saat terjadi masalah. Lihatlah mana pemimpin yang justru menelurkan lebih banyak bawahan-bawahan yang hebat, yang berprestasi nyata bukan hanya di media sosial.
Kemampuan mengelola emosi juga merupakan sebuah kompetensi yang diperlukan pada level pimpinan. Dalam situasi terdesak, manakah yang menampilkan perilaku gampang tersulut, atau mana yang lebih bisa menahan diri. Perlu diingat, bahwa perilaku masa lampau menjadi prediktor masa depan. Artinya, perilaku mengelola emosi yang baik (ataupun yang buruk) akan cenderung terjadi lagi di keadaan terdesak di masa depan. Masalahnya, keadaan terdesak di masa depan ini bisa saja terkait keputusan perang, atau kebijakan yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
Masih banyak kompetensi lain yang perlu dinilai dari calon presiden kita. Beberapa kompetensi akan lebih tinggi dimiliki oleh satu calon, sementara kompetensi lainnya dimiliki oleh calon satunya. Dengan kacamata SPA kita berusaha menjadi pemilih yang rasional, yang mau melihat dan mengukur kompetensi calon pemimpin kita bukan karena kesamaan identitas maupun kedekatan emosional semata.
Selamat memilih yang terbaik untuk bangsa!
Penulis adalah Senior HR Consultant sekaligus Learning Facilitator di IMConsulting. Menangani proses recruitment & selection dan performance management yang diperlukan klien, termasuk pengembangan program pelatihan kepemimpinan dan self-development lain. Salah satu best selling leadership training yang dikembangkannya adalah Winning Leader Winning Team, yang sudah menjadi bagian dari Management Development Program pada beberapa perusahaan nasional. Profil lengkap penulis dapat dibaca di sini.
Comments