Bulan Maret sudah hampir berakhir, bagaimana kabar target kerja bawahan Anda?
Setelah “musim target planning dan budgeting” biasanya muncul musim berikutnya dalam pekerjaan kita, yaitu, “musim kerja keras” yang sepi dari pembicaraan-pembicaraan mengenai target yang sudah dibuat.
“Targetnya kan baru dibuat, masa’ udah diomongin lagi sih?” adalah salah satu alasan yang sering dikemukakan oleh manager saat ditanya apa yang sudah dilakukan dengan target bawahannya.
Namun, apakah ini hal yang sering dan sudah dilakukan oleh seribu satu manager ini merupakan langkah yang tepat?
Manager sering dengan senang hati ikut serta dalam goal setting plan bawahan, bahkan bernegosiasi langsung bila diperlukan. Apakah di masa-masa pengejaran target, manager sudah berperan aktif juga mendorong bawahan agar bisa mencapainya?
Biasanya, pembicaraan tentang target dengan manager terjadi di masa performance appraisal. Pembicaraan ini pun hanya menyoal tentang tercapai atau tidak tercapainya target yang sudah dibuat, lalu diikuti dengan kalimat motivasi agar karyawan menampilkan performa yang lebih baik lagi di kuartal/semester berikutnya. Membicarakan hasil kerja di saat penilaian kinerja adalah sebuah usaha yang terlambat untuk menyelamatkan pencapaian bawahan.
Ibarat mengemudikan kapal, saat performance appraisal, karang besar sudah terlalu dekat dan kapal tak bisa lagi berbelok menghindar dari celaka.
Lantas, apa yang bisa dilakukan manager untuk mengemudikan kapalnya agar tetap selamat?
Salah satu cara mengelola performa bawahan adalah dengan melakukan coaching secara berkala. Coaching berkala membutuhkan kesediaan atasan untuk meluangkan waktu dan kehadirannya untuk membimbing dan membina bawahan. Proses ini kelihatan seperti proses yang memanjakan bawahan, tapi sebenarnya bukan hanya bawahan yang akan diuntungkan dengan berjalannya kegiatan coaching.
"Coaching secara harfiah berarti memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain", ujar Bijanti Kodijat - senior assocciate consultant di IMConsulting yang telah meraih sertifikasi coaching dan menjadi mentor bagi banyak profesional. Dalam konteks managing performance, coaching lebih tepat dimaknai sebagai proses diskusi antara atasan dan bawahan. Atasan berperan sebagai pembina yang siap menerima bawahan dengan semua keluh kesah dan kesulitannya, dan menginspirasi bawahan mencari solusi. Coach membawa bawahannya dari suatu kondisi ke kondisi yang lebih positif.
Coaching akan menjadi sarana bawahan untuk menyampaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam bekerja. Sebaliknya, atasan jadi memiliki gambaran sudah sejauh mana pencapaian bawahannya dan berkesempatan untuk mengarahkan pembicaraan menuju perbaikan-perbaikan yang dirasa perlu dilakukan oleh bawahan.
Dengan demikian, saat proses penilaian performance dilakukan di performance appraisal, kejutan-kejutan negatif bagi atasan tidak terjadi lagi karena sebelumnya atasan sudah memiliki gambaran atas pencapaian anak buahnya secara berkala.
Maka dari itu, anggapan yang salah besar jika setelah penentuan target, atasan tidak dapat melakukan apa-apa lagi sampai waktu dilakukannya performance appraisal. Atasan sangat bisa melakukan fungsi kontrolnya melalui kegiatan coaching dari waktu ke waktu.
Sumber gambar:
https://www.pexels.com/photo/adult-agreement-blur-brainstorming-630839/
https://www.pexels.com/photo/man-in-brown-long-sleeved-button-up-shirt-standing-while-using-gray-laptop-computer-on-brown-wooden-table-beside-woman-in-gray-long-sleeved-shirt-sitting-1120344/
https://www.pexels.com/photo/photo-of-men-having-conversation-935949/
Comments